UlanCurhat

Hidupku Simpel dan Apa Adanya bareng IM3 Ooredoo

Ini jalan pilihanku.. Hidupku jujur dan apa adanya.. Ku tak kenal kata palsu.. Hidupku jujur dan apa adanya (ost IM3 Ooredoo #TanpaSyaratKetentuan)

Hidup jujur dan jalani hidup apa adanya tanpa syarat ketentuan? Terdengar seperti sebuah kemewahan di era media sosial penuh kepalsuan, ya? Rasanya, iya. Bukan karena moral orang-orang masa kini yang tidak baik tetapi menurutku banyak faktor sekitar yang mempengaruhi gaya hidup dan karakter seseorang.

Di salah satu acara stasiun TV nasional, aku pernah menonton berita tentang beberapa (atau mungkin banyak) orang yang melakukan kebohongan demi bisa eksis dan mendapat jutaan pujian di media sosial. Diantara yang aku ingat, ada seorang yang diyakini adalah travel influencer yang mengunggah foto liburan palsu. Ya, foto-foto yang diunggahnya merupakan hasil editan aplikasi edit foto dimana foto dirinya ‘ditempel’ pada foto tempat-tempat wisata di dunia, foto-foto tempat wisata tersebut hasil karya orang lain yang Ia ambil dari internet. Tak hanya itu, ada juga seorang  traveler yang melakukan penipuan melalui sebuah travel agent fiktif miliknya demi mendapatkan uang yang selanjutnya digunakan untuk berkeliling dunia dan diunggah foto-fotonya di media sosial. Ada pula yang rela berhutang melalui kartu kredit, pinjaman online, atau kerabat demi bisa memenuhi kepuasannya di media sosial. Pernah juga seorang kerabat mengunggah foto tempat wisata yang dikatakan bahwa Ia sedang berlibur ke tempat tersebut. Tak lama diketahui dari seorang kerabat lain bahwa Ia tidak sedang berlibur kesana dan gambar tersebut diambil dari internet (sekilas mirip sepertj cerita sebelumnya, ya?)

Jika dilihat dari beberapa kasus tersebut, sepertinya mereka menginginkan sebuah pengakuan di media sosial (dunia maya) melalui likes dan diikuti ribuan bahkan jutaan pengikut alias pencitraan. Foto-foto instagramable, pergi keliling dunia, membeli barang-barang mahal, menggunakan wardrobe mewah berharga selangit, makan di kafe kekinian, dan lain-lain seakan menjadi sebuah tren mainstream dan mampu membentuk opini. Lantas, apakah menginginkan pengakuan dan eksistensi di dunia maya merupakan sebuah kesalahan? Menurut pandanganku tidak, selama jalan yang kamu tempuh adalah jalan yang benar, tidak menampilkan kepalsuan, dan mampu menonjolkan sisi unik dirimu.

Eittsss… tunggu dulu! Jauh-jauh bicara soal kepalsuan yang ditunjukkan orang-orang pada kasus di atas, sudahkah kamu bertanya pada diri sendiri? Pernahkah kamu menampilkan kepalsuan di media sosial kamu? Hehe.. semoga tidak pernah, ya! Semoga kamu adalah orang yang tanpa tipu-tipu di media sosial dan dunia nyata pastinya.

Media sosial memiliki pengaruh cukup kuat dan cepat. Bayangkan saja jika seorang influencer mengunggah informasi yang kurang dapat dipercaya dan cenderung menyesatkan, unggahannya mampu memengaruhi ribuan bahkan jutaan followers-nya, bukan? Apalagi kemampuan dan kemauan menyaring informasi belum tentu dimiliki semua orang. Sekalipun bukan sebuah unggahan yang cenderung menyesatkan, gaya hidup yang ditampilkan seorang influencer mampu dengan mudah memengaruhi pengikutnya yang kemampuan dan latar belakangnya berbeda-beda. Bersyukur jika tepat pada mereka yang memiliki kemampuan sama, namun menjadi malapetaka jika sampai pada mereka yang belum mampu secara finansial dan tingkat kedewasaan sehingga bisa terjadi kasus-kasus seperti yang aku ceritakan sebelumnya, hanya agar mendapat pengakuan dan dianggap keren.

Jujur saja, kita pasti pernah memiliki keinginan membeli produk atau bepergian ke tempat yang diunggah influencer atau teman di media sosial, kan? Beberapa diantara kita mampu memiliki atau melakukan yang sama bahkan lebih, beberapa berada setingkat dibawahnya, beberapa memilih tidak peduli, dan ada pula yang memaksakan diri. Kamu ada di tim yang mana?

Menurutku, yang paling penting dari semua godaan dan kepuasan batin (melalui likes dan followers banyak) yang hadir di media sosial adalah aku harus jujur, memiliki prinsip, perencanaan hidup, dan kedewasaan. Be authentic!

Semua akun media sosialku adalah representasi diriku di dunia maya. Jadi aku akan menampilkan apa adanya diriku secara jujur dan tanpa kepura-puraan, artinya apa yang kutampilkan di media sosial adalah diriku yang sebenarnya di dunia nyata. Mungkin sedikit cerita bisa kusampaikan disini…

Selain bekerja, aku menjadi seorang volunteer pada berbagai macam komunitas atau movement di bidang pendidikan, sosial, dam pemberdayaan perempuan. Menggunakan fungsi media sosial yang cepat menyebarkan informasi, aku sering mengunggah foto-foto saat menjadi volunteer. Hanya demi mendapat likes atau pengakuan kah? Jujur saja, tidak.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by hapsari wulandari (@ulanhapsari) on

Tetapi aku ingin menyebarkan positive vibes dan memberitahu pada teman-teman atau followers bahwa ada banyak lho kegiatan bermanfaat yang bisa kamu lakukan di waktu luang. Tak jarang juga aku mengunggah info tentang penggalangan dana dari kegiatan salah satu komunitas. Jujur, bukan agar dianggap orang baik tetapi aku berusaha memberi info pada teman-teman atau followers yang mungkin saja memiliki kelebihan rezeki tetapi bingung kemana harus memberikannya.

Hal itu memberikan pengaruh kah? Iya, meski tidak banyak. Tetapi dengan menampilkan apa adanya diriku justru aku dibuat takjub karena masih banyak orang-orang baik di sekitarku.

Lantas apakah aku satu-satunya? Jelas tidak!

Selain itu juga, aku tidak suka basa-basi. Ketika sedih, ya sedih. Ketika ingin menyampaikan pendapat atau ide, ya katakan. Ketika ingin curhat, ya cari teman yang mau jadi pendengar yang baik.

Sekalipun tidak diterima atau tidak sependapat, setidaknya dengan tanpa basa-basi aku akan mendapatkan advise dan feedback. Tentunya akan sangat berguna ketika akan melangkah dan memutuskan satu hal.

Menjadi orang yang anti-mainstream pada suatu tren menurutku juga mampu menangkal godaan media sosial. Ya, hidup simpel dan apa adanya saja. Jangan berusaha menjadi orang lain atau menjadi seperti yang diinginkan orang lain karena sekalipun kamu tidak disukai ketika menjalani hidup apa adanya, dirimu tetap dapat menikmati hidup.

Seperti value Jalani Hidup Apa Adanya yang ingin disampaikan oleh IM3 Ooredoo, nih..

Melalui value IM3 Ooredoo tersebut, kita diingatkan untuk berani jalani hidup apa adanya, fokus pada karya-karya yang positif, dan berani unjuk diri tanpa tipu-tipu.

Bahkan seolah memahami millenials seperti kita, IM3 Ooredoo melengkapi value tersebut dengan menghadirkan lini produk yang simpel dan tanpa syarat ketentuan, yaitu Freedom Internet

Ya, millenials seperti kita cenderung mudah tergoda pada apa saja yang sedang tren di media sosial. Juga bisa saja terjerumus kedalam kasus-kasus yang aku ceritakan di awal. Tapi dengan menjalani hidup apa adanya dan dukungan Freedom Internet, aku yakin akan ada semakin banyak anak muda yang mampu berkarya secara jujur dan menyebarkan positive vibes di lingkungan mereka masing-masing.

5 Comments

  • Indrifairy

    Aku sangat menyesalkan kasus yang ditulis mba diatas tadi, anak jaman sekarang (milenia) memang berani mempertaruhkan reputasi demi ketenaran, padahal jalani hidup apa adanya jauh lebih membahagakan

  • Diani Sekaring

    Jujur yah mba salah satu yang kadang bikin aku agak muak dengan social media akhir-akhir ini adalah banyak orang yang rela melakukan apapun demi mendulang likes dan followers, even sebenarnya itu berbahaya/ tidak baik untuk dicontoh. Gemar mencari sensasi, menampilkan kebohongan, padahal hidup yang enak dan tenteram itu yang apa adanya. Tidak ada yang dilebih-lebihkan.

  • Visya Al Biruni

    Positive vibes emang penting banget yah, membuat kita ketularan positivity nya juga hehe. Bahagia itu kita yang cipta, jangan Sampai disyaray2in orang lain hehe

Leave a Reply to Endah Kurnia Wirawati Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *